Menguntit Wartawan Satu Jam
Sudah lewat dua hari sejak kejadian yang akan aku ceritakan ini, huh.
Pagi hari aku awali dengan terburu-buru. Dasar Jajang, dia mengajakku ke Braga untuk pemotretan tugas Photo's Speak jam 6, tapi dibatalkan dengan pesannya yang berisi "rin besok ga jadi, ke Braga" itu jam 01.51 dini hari. Lalu aku berleha-leha lagi sampai jam 9 lebih sedikit, sampai perutku memberi isyarat. Ku putuskan untuk sarapan dulu sebelum liputan tugas kelompok.
Baru hendak keluar kamar kost, teman SMA-ku, Wulan mengirim gambar bukti transfer shopee. Dia membeli Samsung A9 seharga Rp 10.000,-!! Aku langsung serius menyimak isi percakapan grup itu, juga langsung mengunduh aplikasi shopee. Aku buru-buru memesan juga. Banyak pesan masuk dari WhatsApp, aku abaikan, padahal mereka menunggu keputusanku untuk berangkat liputan. Teman-temanku sampai menelepon, aku reject karena sibuk bermain shopee, hahaha.
Lalu aku berlari sekelebat kilat menuju Alfamart Manisi untuk transfer. Lega rasanya. Transfer beres, aku melangkahkan kaki dengan jalan cepatku yang seperti biasa ke Warteg Mulya Manisi, memesan menu favoritku: Nasi, sambel goreng kentang, telor dadar, pake kuah, dan makan di tempat. Aku makan sendiri. Sambil makan aku membalas pesan teman-temanku yang tadi diabaikan.
Perut sudah aman, aku berjalan menuju Gedung Kopertais di kampusku untuk dijemput Jajang.
Tak lama dia tiba. Aku memakai helm dan berkata, "gassss, berangkaaaat". Kami menuju Buahbatu, rehat di Alfamart Buahbatu sambil menunggu Fadhli dan Indah. Aku terus berkabar-kabari dengan beberapa wartawan dari beraneka ragam media yang akan kami ikuti. Rencana awal kami akan ke Dago Pakar, karena aku diundang seorang pewarta dari Bandung Side untuk menghadiri acara Lunch Gathering Destinasi Wisata.
Tapi diurungkan karena Fadhli dan Jajang yang berkata "mending anu di TSM siah jaba deukeut, tuh tingali jalan macet kitu bisi teu kaburu ka Dago mah" dan diakhiri dengan kata "tapi terserah". Aku peka kok mereka malas bepergian terlalu jauh, jadi aku putuskan membatalkan janji dengan acara yang di Dago.
Saat Indah datang, kami langsung tancap gas menuju Trans Studio Mall di Jalan Gatsu. Katanya acara mulai jam 12.30, jadi kami berkeliling dulu sekitaran Mal. Kami menunggu dan terus menunggu. Acara baru dimulai pukul 13.30. Aku bertemu dengan pewarta yang aku hubungi, namanya Rachman Atang dari Bisnis Indonesia. Entah mengapa saat aku melihat sosoknya, sedikit mirip dengan Ahmad Fuadi, tokoh idolaku.
Acara Opening Ceremony BMW Mini Cooper berlangsung. Beberapa wartawan sibuk memainkan kameranya untuk mengabadikan momen yang kemudian akan dibagikan ke pada masyarakat. Hingga penghujung acara, aku menikmati pemandangan para wartawan yang asik dengan kesibukannya, membayangkan sosok 'aku' di masa mendatang. Liputan selesai, kami sedikit berbincang dengan Kang Rachman, karena dia ada liputan lagi di Pengadilan Negeri.
Kemudian hujan deras, kami berempat menyaksikan gerombolan air hujan dari pintu utama Mal. "Lapar euy, urang can dahar ti isuk" kata Jajang, "Heeh hayu atuh lapar urang ge, rek dahar di mana? Tapi hujan" jawab Fadhli, "terobos we yu ah da cai" kataku. Lalu kami memutuskan untuk berhujan ria menaiki sepeda motor. Kami makan di Alfamart Gatsu, Fadhli dan Jajang memesan Nasi Padang, aku dan Indah memesan mie ayam.
Selesai makan kami bergegas pulang. Hujan tidak mereda, malah semakin deras! Oke lanjut perjalanan. Saat sudah di jalan Soetta, Jajang bertanya "maneh bae huhujanan?", ku jawab "bae we da geus biasa", lalu dia tersadar dan berkata "eh heeh dan maneh mah sok nyampeurkeun hujan", aku tertawa geli.
Tawaku semakin menjadi ketika melihat Jajang yang mengeluh saat melihat jalan di depan banjir. Dia mengangkat-angkatkan kakinya karena takut si sepatu basah. Sepatuku aman di pijakan motor. Jalanan yang macet menambah umpatan-umpatan keluar dari mulut pemilik akun instagram @jajangza_ itu, ahahahaa. Karena kalau macet, otomatis kakinya harus menginjak bumi. Segala cara dia lakukan agar si sepatu tidak berenang, salah satunya dengan menahan menggunakan tangan yang menempel pada mobil orang lain. Tapi akhirnya sama saja, sepatunya basah.
Ingin aku memotret jalanan kala itu, tapi handphone-ku kehabisan daya, sial. Jalan Soetta benar-benar sudah seperti kolam renang coklat, hampir selutut orang dewasa kedalamannya. Aku menikmati banjir itu seperti sedang di wahana bermain, tanpa beban pikiran atau kekesalan apapun. Dasar aku, padahal itu bencana alam, tapi melewatinya dengan enjoy. Huh ini pasti ulah Fattah dan Karin yang menghipnotisku agar tidak panikan dan hidup enjoy.
Aku sampai di kostan, mengisi daya handphone dan ternyata ada rapat di kampus. Baru saja mau tidur.
Lokasi foto banjir: Bojongsoang, Kota Bandung
Oleh: Fadhli Faza Ardiansyah
Oleh: Fadhli Faza Ardiansyah
Komentar
Posting Komentar